“Mundane”. Kata berbahasa Inggris itu-lah yang semestinya menjadi judul tulisan ini. Penelusuran menggunakan Google-translate menghasilkan saran terjemahan seperti: biasa, duniawi, atau keduniaan. Akan tetapi, gambaran itu masih sangat asing sekiranya tidak ada deskripsi lebih lanjut. Oleh sebab itu, mundane selanjutnya diterangkan sebagai: “apa kata dunia”.
Ungkapan apa kata dunia, barangkali akan lebih jelas jika disampaikan dalam suatu kalimat tanya: apa kata dunia? Suatu pertanyaan retoris, yang menandai pertentangan diri dengan orang-orang lain. Dalam hal ini pertanyaan apa kata dunia? (suatu kalimat dalam bentuk tanya) dipakai juga untuk semacam menerangkan bahwa hal-hal yang berada dalam diri, sepertinya keliru, salah, atau tidak berpadanan dengan dunia. Karenanya, seseorang atau diri dapat menjadi resah atau tidak bahagia. Sebab, jika yang dalam diri (yang tampaknya keliru, salah, atau tidak berpadanan dengan dunia) itu sampai terpublikasikan luas ke dunia, dunia dapat mencibir. Akibat lanjutannya, diri kehilangan “citra”-nya.
Namun, itu-lah masalahnya. Bukan kodrat-nya diri mencari citra-nya dari dunia. Citra itu melekat dengan sendirinya dalam diri. Bahwa dapat barangkali dalam dunia terdapat suatu corak tentang citra diri yang diterima luas oleh dunia, tidak kemudian diartikan citra itu berasal dari dunia atau citra itu tidak ada sebelumnya dalam diri. Oleh sebab itu, kata mundane dipakai justru untuk “arti” (konteks) mempertanyakan atau mengoreksi: mengapa diri dipaksa untuk menyama-nyamakannya dengan dunia. Maka menjadi mundane kemudian diartikan sebagai menjadi sama seperti dunia. (Itu dengan mengandaikan pandangan kemungkinan, citra itu sebelumnya tidak bersama-sama dengan dunia.)
Oleh sebab itu, menjadi mundane berarti merosot-nya nilai diri (“citra” diri) akibat dikorbankan untuk dikatakan sama dengan nilai diri yang disebutkan dunia. Karena dikorbankan, nilai diri itu berarti melarut; merosot kedudukannya dari sesuatu yang berharga menjadi biasa-biasa saja, yakni menjadi tepat seperti apa kata dunia. Jadi, demikianlah barangkali alasan dari munculnya saran terjemahan yang diperoleh untuk kata mundane ke dalam bahasa Indonesia, yakni biasa, duniawi, atau keduniaan.