Pulsa

Saya pikir, pulsa merupakan suatu terminologi baru, setidaknya buat saya. Saya selalu ingin mengartikannya sebagai suatu denyut.

 

Pada saat mengenal peranti telekomunikasi berupa telepon, sejumlah pengetahuan baru muncul. Di antaranya adalah mengenai tarif/biaya. Awam boleh jadi tidak ambil pusing mengenai apa itu pulsa. Apakah itu berarti denyut, gelombang, transmisi listrik, atau malah lama berbicara. Pengetahuan praktis yang orang ingin tahu biasanya adalah mengenai ongkos yang diperlukan untuk bertelepon. Oleh karena itu, konversi hal-hal teknis ke dalam nominal rupiah menjadi keniscayaan.

Ketika perangkat telepon seluler merebak, pulsa menjadi kebutuhan pelengkapnya. Untuk memperolehnya, orang dapat memilih berbagai varian harga, mulai dari 5 ribu, 10 ribu, hingga 300 ribu.

Dari berbagai varian harga itu, orang mulai berpikir mengenai mana yang lebih bagus, lebih jelas, dan lebih menguntungkan.

Meski begitu, keberadaan pasar menimbulkan suatu efek baru yang disebut persaingan. Karena tujuan persaingan adalah memenangkan pasar, pulsa pun dipakai sebagai salah satu komoditas dalam persaingan tersebut. Sebagai contoh, pulsa suatu nominal rupiah dapat berarti bebas biaya interlokal di seluruh kota-kota di Indonesia, percakapan gratis untuk sesama pengguna telepon yang memiliki nomor telepon dalam jaringan operator yang sama, atau percakapan dua menit memperoleh gratis pengiriman pesan singkat, dan sebagainya.

Bagaimana rumusan-rumusan promosi semacam itu dimungkinkan? Keandalan teknologi, sistem informasi, dan keberadaan jaringan memungkinkan hal tersebut.

Tag: , ,

Tinggalkan komentar